Minggu, 02 Oktober 2011

(Bukan Hanya) Sebatas Kedatanganku Saja

13120121151421008127


Aku belum terlalu jauh melangkah. Masih dua belokan lagi sebelum lorong terakhir menjelang pintu pesawat. Kuhentikan langkah sejenak untuk menatapmu dari tempatku berdiri.
Ternyata dirimu masih berdiri di situ, hampa tanpa ekspresi. Sejenak kita saling bertatapan. Dan untuk terakhir kalinya saling melambaikan tangan, menutup pertemuan kita pada kedatanganku kali ini. Aku harus pergi, sudah cukup pertemuan kita kali ini.
Engkau terus menghujani ponselku dengan puluhan pesan singkatmu. Akupun selalu bersemangat membalasnya, meskipun dengan sembunyi-sembunyi. Untuk menghindari pandangan pramugari yang hilir mudik kesana kemari.
Dulu, selalu saja aku membenci momen seperti ini. Kedatangan yang selalu di akhiri dengan kepergian. Dan pertemuan yang selalu beriringan dengan momen perpisahan. Tapi kini aku mulai memaknai arti dari setiap kedatangan dan kepergianku.
*******
Kau dan aku, adalah sebuah catatan dalam bentangan rentang waktu. Bertemu di satu titik hanya pada waktu dan periode tertentu.
Kau dan aku, adalah sebuah kata ketakutan sekaligus kebencian. Takut dan benci pada kata perpisahan, di akhir masa pada setiap kedatanganku.
Kau dan aku, adalah sebuah rinai kerinduan. Yang melebur di setiap kali kedatanganku, dan kembali menggemuruh di saat kepergianku.
Kau dan aku, adalah sebuah penjemputan. Penjemputan separuh nafas untuk kembali merengkuh bagian nafas yang tertinggalkan sebelumnya.
Kau dan aku, yah…. memang cuma ada kita. Tanpa ada siapapun yang tahu, tentang perjalanan kedatangan dan kepergian cinta.
********
Deru mesin pesawat mulai mengeram, berancang meninggalkan landasan untuk membawaku pergi menjauh darimu. Dari hari-hari mu, dan dari Jakarta-mu.
Dulu, pada setiap kedatanganku yang terdahulu. Aku tak pernah tahu bahwa ada sesuatu yang selalu ku bawa darimu di setiap kepergiankuku. Padahal dia selalu hadir bersama kepergianku, meskipun betapa jauhnya aku. Baru di kedatangan yang sebelum kedatangan kali ini aku menyadarinya. Yaitu rinai rindu-mu. Karena rinai rindu-mu itulah aku selalu datang di setiap kesempatanku.
Dan tidakkah kau tahu? Bahwa selalu ada sesuatu yang kutinggalkan padamu disetiap kedatanganku? Yaitu separuh nafasku. Separuh nafasku itu selalu tinggal padamu, dan menemani hari-harimu meskipun aku jauh darimu.
Padaku ada rinai rindumu. Dan padamu ada separuh nafasku. Rinai rindumu dan separuh nafasku, adalah bentuk ikatan kita. Ikatan antara kau dan aku. Supaya kita bisa saling percaya, bahwa aku dan kau selalu ada. Bukan hanya sebatas kedatanganku saja. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar